Selasa, 23 Agustus 2011

Siapkan garasi untuk pesawat kita (Prepare a garage for our own plane).

Pernahkah kita merasa tuhan tidak menjawab do'a kita?
Ketika kita meminta sesuatu kepada tuhan namun tiada kunjung mendapatkannya, akhirnya menganggap bahwa do'a kita sia-sia.

Terkabul tidaknya suatu permintaan tergantung siap tidaknya kita menerima anugerah itu.

Sebuah contoh saat kita meminta suatu pesawat kepada tuhan, maka apakah dengan tiba-tiba kita mendapatkannya. Pastinya tidak jawabanya. Kalaupun tiba-tiba jatuh dari atas, itu malah merepotkan kita. Lantas bagaimana?

Tuhan menyuruh kita untuk mempersiapkan diri sebelum memberikan pesawat. Mulai dari informasi pengunaan pesawat, perawatan, dan tempat untuk menyimpannya.

Ilustrasi di atas mencerminkan bahwa ikhtiar merupakan bagian dari do'a, dan juga merupakan latihan kesiapan kita sebelum benar-benar memiliki apa yang kita dambakan.

Maka, mari menyiapkan garasi sebelum pesawat kita datang.

The english translation

Have we felt the God doesn't answer our prayers?
When we asked for something to god but no go get it, finally assume that our supplications vain.

Granted a request depends on how far we are prepared to accept that grace.

An example of when we asked for a plane to the god, then what are all of a sudden we get it. Surely not the answer. Even if a sudden fall from the top, it even bother us. Then what?

God told us to prepare before giving the plane. Ranging from plane usage information, maintenance, and a place to store it.

The illustration above reflects that the initiative is part of the prayer, and also the readiness of our practice before you actually have what we want.

So, let's prepare the garage before our plane arrived.

Senin, 22 Agustus 2011

Kemenangan Akhir (A victory in the end)

Kemenangan Akhir


Kemenangan di akhir sebuah pertandingan merupakan tujuan semua peserta kompetisi. Permulaan lancar memanglah baik, namun demikian salah besar jika merasa kemenangan sudah digenggam.

Karena memang pemenang adalah orang yang mengumpulkan nilai tertinggi di akhir pertandingan meskipun sempat terseok-seok di awal.

Menarik mencermati sebuah konsep yang mencirikan kemenangan (kesuksesan) orang di akhir pertandingan (kehidupan) yang disampaikan Rasulullah SAW.

Dalam hadis tersebut ditunjukkan ada 4 empat indikator yang HARUS DIHINDARI agar terjaga peluang untuk memenangi pertandingan (kebahagiaan di akhir).

1. Jangan mengingat kebaikan yang telah dilakukan.
Orang yang senantiasa mengingat dan membanggakan pencapaian (kebaikan) yang telah diraih akan melemahkan semangat dan daya kreatifnya. Karena telah menganggap dirinya berhasil. Meskipun pada kenyataannya hal itu bukanlah benar-benar kesuksesan yang nyata.

2. Jangan melupakan dosa-dosa yang pernah diperbuat.
Sikap seperti ini akan mengakibatkan kecerobohan dalam langkah-langkah yang akan diambil. Karena melupakan kesalahan yang telah dilakukannya.

3. Jangan memandang yang lebih tinggi atas harta.
Bagi orang yang telah mapan, ia cenderung bertahan dalam "comfort zone"-nya dan memudarkan jiwa militannya. Sehingga menganggap remeh peluang-peluang berserakan yang dianggapnya kecil dan tidak berarti.

4. Jangan memandang yang lebih rendah atas ilmu.
Karena fokus terhadap sesuatu yang besar, ia kurang memperhatikan hal-hal kecil yang sebenarnya potensial menjadi besar jika dikelolanya dengan baik.


The english translation :

Victory at the end of a game is the goal of all participants of the competition. We need a good beginning, however, it’s wrong when you feel you have already won. Because that winner is the person who collected the highest score at the end of the game though had stumbled in the beginning.

It’s interesting to look at a concept that characterizes the victory (success) people at the end of the game (of life) who delivered the Prophet Muhammad.
In the hadith it is shown that there are four indicators in order TO AVOID awake a chance to win (the happiness in the end).

1.Do not remember the kindness that you have been done.
People who always remember and be proud of the achievement (the goodness) that has been achieved would weaken the spirit and creative power. Having considered himself successful. Despite the fact that it is not really a real success.

2. Do not forget the sins you have ever done.
Attitudes like this will lead to carelessness in the steps to be taken. Due to forget the mistakes he had made.

3. Do not see a higher return on assets.
For people who have been established, it tends to persist in the "comfort zone" and diminish his militant spirit. Thus underestimate the opportunities which it deems scattered small and insignificant.

4. Do not look lower on the science.
Because the focus of something big, he pays little attention to the little things that actually make it big potential if managed properly.




Minggu, 21 Agustus 2011

Menghargai dan Menikmati Proses

Apakah anda punya impian? Tentu. Memiliki cita-cita? Pasti. Impian, cita-cita atau apapun namanya, yang jelas semua orang punya keinginan untuk dicapai. Betul? Meskipun saya tidak bisa mendengar jawaban anda, tapi saya yakin anda mengiyakannya, kan?
Manusia hidup bersama impian dan cita-citanya. Hal itu pulalah yang membuat ia tetap bertahan untuk tetap berusaha sampai sekarang, terus dan terus. Sesulit apapun itu.
Kemudian barangkali muncul pertanyaan, kenapa ya kok kadang target dan impian yang kita kejar rasanya sulit sekali dicapai?
Emang!
Lho, kok emang?
Mau gimana lagi, emang seperti itu sifatnya impian.
Lalu? Percuma dong punya mimpi kalau gitu?
Bentar, tarik nafas dulu, dan dengarkan saya baik-baik. Hehe
Coba banyangkan kalau mengejar cita-cita itu seperti kita ngasih makan ayam, gak asik kan? Apalagi ayamnya lagi kelaparan, kayaknya hampir nggak ada kesulitan. Balita tetanggaku aja bisa kalau cuma gitu. Haha!
Ok, akan coba saya jelaskan yang lebih masuk akal.
Tuhan menciptakan tiap-tiap impian beserta syarat-syarat yang musti diusahakan atau jalan-jalan yang harus ditempuh kalau ingin impian itu tercapai, ikhtiar gitulah bahasa kerennya. Kenapa demikian?
Nah, dalam proses pencapaian cita-cita tersebut, Tuhan sekaligus mengajari kita ilmu dan pengertian-pengertian yang begitu berharga.
Tentu saja kita mengenal apa yang namanya poses, yakni tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk sampai pada tujuan. Memang terasa penat dan tak jarang mengundang frustasi dan keputusasaan. Tapi justru di sinilah kita dikenalkan yang namanya ‘kesabaran’ yang kita alami dan rasakan sendiri. Learning from experience!
Dengan demikian, ketika impian itu sudah terwujud, kita masih bisa memetik pelajaran lagi dari situ. Yaitu ‘rasa menghargai’ terhadap hasil yang dicapai. Betapapun jumlah dan bentuknya. Karena kita tahu dan merasakannya sendiri kesulitan untuk mendapatkannya. Dari sinilah akan muncul sikap ‘syukur’.
Inilah yang disebut Rasulullah saw, sebagai hal yang menakjubkan bagi orang yang percaya (beriman). Bahagia disyukuri, belum beruntung bersabar. Cakep kan?
Dan selayaknya kita memang tidak perlu khawatir jika kita memang benar-benar percaya dan yakin bahwa usaha kecil kita akan “didongkrak” oleh sang maha pengasih. Bahkan Allah mengisyaratkan ada dua kemudahan atau jalan keluar dalam satu masalah (kesulitan). (QS [92]:5-6)
So, tugas kita hanya berusaha sebaik-baiknya, dan Allah akan mengantarkan hasilnya.
Hiduplah dengan mimpi sebesar mungkin dan nikmati prosesnya. Sepakat???