Minggu, 21 Agustus 2011

Menghargai dan Menikmati Proses

Apakah anda punya impian? Tentu. Memiliki cita-cita? Pasti. Impian, cita-cita atau apapun namanya, yang jelas semua orang punya keinginan untuk dicapai. Betul? Meskipun saya tidak bisa mendengar jawaban anda, tapi saya yakin anda mengiyakannya, kan?
Manusia hidup bersama impian dan cita-citanya. Hal itu pulalah yang membuat ia tetap bertahan untuk tetap berusaha sampai sekarang, terus dan terus. Sesulit apapun itu.
Kemudian barangkali muncul pertanyaan, kenapa ya kok kadang target dan impian yang kita kejar rasanya sulit sekali dicapai?
Emang!
Lho, kok emang?
Mau gimana lagi, emang seperti itu sifatnya impian.
Lalu? Percuma dong punya mimpi kalau gitu?
Bentar, tarik nafas dulu, dan dengarkan saya baik-baik. Hehe
Coba banyangkan kalau mengejar cita-cita itu seperti kita ngasih makan ayam, gak asik kan? Apalagi ayamnya lagi kelaparan, kayaknya hampir nggak ada kesulitan. Balita tetanggaku aja bisa kalau cuma gitu. Haha!
Ok, akan coba saya jelaskan yang lebih masuk akal.
Tuhan menciptakan tiap-tiap impian beserta syarat-syarat yang musti diusahakan atau jalan-jalan yang harus ditempuh kalau ingin impian itu tercapai, ikhtiar gitulah bahasa kerennya. Kenapa demikian?
Nah, dalam proses pencapaian cita-cita tersebut, Tuhan sekaligus mengajari kita ilmu dan pengertian-pengertian yang begitu berharga.
Tentu saja kita mengenal apa yang namanya poses, yakni tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk sampai pada tujuan. Memang terasa penat dan tak jarang mengundang frustasi dan keputusasaan. Tapi justru di sinilah kita dikenalkan yang namanya ‘kesabaran’ yang kita alami dan rasakan sendiri. Learning from experience!
Dengan demikian, ketika impian itu sudah terwujud, kita masih bisa memetik pelajaran lagi dari situ. Yaitu ‘rasa menghargai’ terhadap hasil yang dicapai. Betapapun jumlah dan bentuknya. Karena kita tahu dan merasakannya sendiri kesulitan untuk mendapatkannya. Dari sinilah akan muncul sikap ‘syukur’.
Inilah yang disebut Rasulullah saw, sebagai hal yang menakjubkan bagi orang yang percaya (beriman). Bahagia disyukuri, belum beruntung bersabar. Cakep kan?
Dan selayaknya kita memang tidak perlu khawatir jika kita memang benar-benar percaya dan yakin bahwa usaha kecil kita akan “didongkrak” oleh sang maha pengasih. Bahkan Allah mengisyaratkan ada dua kemudahan atau jalan keluar dalam satu masalah (kesulitan). (QS [92]:5-6)
So, tugas kita hanya berusaha sebaik-baiknya, dan Allah akan mengantarkan hasilnya.
Hiduplah dengan mimpi sebesar mungkin dan nikmati prosesnya. Sepakat???