Rabu, 29 Februari 2012

I Want To Get Married


Ola adalah seorang wanita muda yang tinggal di Mesir. Dia berumur sekitar 30 tahun. Banyak orang menyarankannya agar cepat menikah. Suatu hari ada seorang pria yang datang ke rumahnya. Dia ingin menikahi Ola. Banyak orang berkata bahwa pria tersebut adalah pria ideal. Wajahnya tampan, pekerjaanya mapan, dan dia tinggal di Italia. Ola percaya bahwa dia bisa mencintainya. Dia senang akhirnya bisa menikah. Namun kemudian dia menemui sebuah masalah. Pria tersebut telah menikah dengan wanita Italia. Ibu dari pria itu menjelaskan bahwa dia menyuruh putranya untuk memiliki isteri kedua. Hukum di Mesir membolehkan seorang pria memiliki hingga 4 orang isteri. Ibunya juga menyuruh sang putra untuk tinggal lebih lama di Mesir. Ola sangatlah marah karenanya! Ini bukanlah apa yang dia duga sebelumnya! Ola dan ibunya mengusir mereka dari rumahnya.

Cerita singkat di atas adalah cuplikan sebuah film yang berjudul “I want to get married”. Film ini diambil dari sebuah buku. Di mana buku tersebut disusun dari coretan blog milik Ghada Abdul Aal. Dia menuliskan pengalaman pribadinya sebagai seorang wanita yang sedang mencari pasangan hidup.

Dalam suatu budaya, ada banyak tradisi yang harus dilakukan orang-orang muda untuk menikah. Di Mesir, segala yang dibutuhkan baik dari pihak pria maupun wanita dalam pernikahan mereka, harus tersedia sebelum pernikahan. Artinya segala sesuatunya harus baru, bahkan kebutuhan seperti pakaian dan perabotan rumah tangga lainya. Ini juga termasuk tempat tinggal untuk mereka pun harus tersedia, semisal rumah atau apartemen. Secara adat, pihak pria lah yang harus menanggungnya. Kemudian ada juga uang untuk pesta pernikahan dan mas kawin itu sendiri. Bagi sebagian kalangan, hal ini akan menghabiskah uang lebih banyak daripada apa yang mereka dapatkan dalam satu tahun!

Banyak pemuda di Mesir tidak mampu untuk menjalankan tradisi tersebut. Informasi dari departemen kependudukan Mesir menunjukkan bahwa banyak pemuda di Mesir yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Harga rumah juga sangat mahal di Mesir belakangan ini. Dan hanya ada sedikit rumah yang tersedia. Tradisi ini membuat pemuda di Mesir takut akan masa depan mereka. Para pria mungkin menabungkan uang mereka hingga cukup untuk digunakan melangsungkan pernikahan. Tetapi ini akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Kondisi ekonomi lah menyebabkan permasalahan ini. Namun banyak orang yang menyalahkan wanita lah sebagai penyebabnya. Mereka mengatakan bahwa para wanita terlalu pilih-pilih siapa yang akan mereka nikahi. Dan mereka meminta persyaratan yang muluk-muluk untuk menyetujui pernikahan. Sebagian pihak berpendapat ini adalah hal yang baru yang diajukan sebagai prasyarat oleh para wanita.

Ghada Abdul Aal adalah seorang wanita karir di bidang medis. Dia mendapatkan gelar di bidang Farmasi. Dia telah berusia 31 tahun, dan belum menikah. Ini yang dia katakan sebagai sebuah masalah. Dan ini adalah permasalahan nyata yang dia dan para wanita Mesir sedang hadapi. Dia mengatakan bahwa tekanan ada di pihak pemuda Mesir.

“Masalah bermula ketika baru lulus kuliah. Dan ini akan berjalan hingga berusia 30 tahun. Dan usia 30 tahun adalah hal yang sangat menyedihkan bagi wanita yang masih single. Inilah kenyataan yang benar-benar terjadi di tempat tinggal saya - yang merupakan kota kecil dan kolot. Dan ketika Anda berusia 30 tahun (dan belum menikah), orang-orang akan menyebut Anda sebagai wanita yang gagal, menyedihkan, jelek, atau apapun itu.”

“Mereka sudah ditanya ketika masih sangat muda, sekitar 3-4 tahun, siapa yang akan dinikahi kelak? Mereka menanamkan nilai bahwa satu-satunya tujuan hidup adalah menikah. Bahkan ketika masa sekolah mereka diberitahu bahwa masa depan perempuan adalah di rumah suaminya. Lantas bagaimana jika seseorang benar-benar belum bisa menikah? Apakah dia harus menyalahkan dirinya sendiri?”

Abdul Aal mulai menuliskan ceritanya di blog tahun 2006. Dia menggunakan blognya sebagai sarana untuk menceritakan pengalamannya dalam pencarian pasangan hidup. Dia menjadikan blognya untuk mengekspresikan hal-hal yang yang lucu dan menarik. Dia mengatakan ini merupakan persoalan nyata yang terjadi di Mesir. Tetapi dia juga sangat serius dalam mencari suami yang dia ungkapkan melaui blognya.

Salah satu masalah yang ditulisnya adalah tentang tradisi di Mesir yang disebut Gawaaz al-salonat. Dalam tradisi ini, seorang pria datang mengunjungi seorang wanita dirumahnya. Si pria, si wanita, dan orang tua kedua belah pihak bertemu dalam waktu yang sangat singkat. Setelah itu si wanita harus memutuskan apakah dia mau menikah si pria atau tidak. Tentu saja setiap orang ingin si wanita menerima si pria dengan cepat- meskipun dia tidak benar-benar menyukainya. Tetapi Ghada Abdul Aal berpendapat ini adalah waktu yang terlalu singkat untuk membuat suatu keputusan yang sangat besar.

“Terkadang, ketika Anda meminta waktu untuk mempertimbangkannya, si pria akan marah. Dia akan berpikir ‘mengapa mesti dipertimbangkan? Tidakkah kamu melihat aku pria sempurna? Tidakkah kamu tahu aku hebat? Apa lagi yang kamu butuhkah? Aku adalah anugerah Tuhan untuk para wanita. Aku punya apartemen. Aku punya pekerjaan. Bagaimana kamu menolaknya?”

Baik wanita maupun pria seakan-akan melihat cerminan dirinya dalam pengalaman yang diungkapkan Ghada Abdul Aal. Dalam program televisi “I want to get married”, tokoh utamanya adalah Ola. Ola adalah karakter yang aslinya merupakan sosok Ghada Abdul Aal itu sendiri. Ola tidak hanya sekadar ingin menikah. Dia menginginkan suami yang baik. Dia menginginkan suami yang akan benar-benar menjadi mitra dan teman hidupnya.

“Jika tujuan Ola hanya sekadar ingin menikah, dia akan menerima pria pertama yang pernah dekat dengannya dalam hidupnya. Tetapi ketika dia menganggapnya sebagai pria yang tidak baik, dia menolaknya dan melanjutkan pencarian. Dia mencari seseorang yang akan membantunya dalam melengkapi hidupnya. Banyak orang datang kepada saya setelah saya menulis buku itu. Mereka seolah-olah merasakan dirinya sendiri dalam karakter tokohnya.”

Program televisi “I want to get merried” menunjukkan bagaimana para pria dan wanita menemukan jalan mereka untuk mengatasi permasalahan tersebut yang berpengaruh dalam pernikahan. Ini memberi pesan bahwa para wanita ingin dilibatkan dalam proses pernikahan. Mereka tidak ingin hanya keluarganya lah yang membuat keputusan. Mereka ingin mengenal lebih jauh dengan seorang pria sebelum menghabiskn sisa umur mereka bersama.

“I want to get married” mendorong pandangan baru tentang pernikahan di Mesir.



In English;



Ola is a young woman living in Egypt. She is about 30 years old, and people have been telling her to get married. A man visits her house. He wants to marry Ola. Some people say that he is the perfect man. He looks beautiful, he has a good job, and he lives in the country of Italy. Ola believes that she may be in love with him. She may finally get married! But then she discovers a problem. The man is already married to an Italian woman! The man's mother explains that she wants him to take a second wife. Egyptian Islamic law permits the man to have four wives. That way, the mother says, he will spend more time in Egypt. Ola is very angry! This is not what she expected at all! Ola and her mother throw the man out of their house.

This short story is from a television program called I Want To Get Married. This show is based on a book. And the book is based on an internet blog by Ghada Abdul-Aal. She writes about her experiences as a young woman looking for a husband.
In any culture, there are many traditions young people follow to get married.

Traditionally in Egypt, everything a young man and woman need for their new marriage must be purchased before they get married. This means everything must be new, even things like clothes and furniture. It also means that the newly married young people must have a place to live - a house or apartment. Traditionally, the man pays for these things. Then, there is also the money for the big wedding parties and the wedding itself. For some people these things may cost more than 15 times the money they make in a year!

Many young people in Egypt just do not have the money to meet these traditional needs. Information from Egypt's Population Council shows that many young men are not employed. Housing prices are also currently very high in Egypt. And there are few houses available. These conditions make many young people in Egypt afraid of their futures. Men may save their money until they have enough to marry. But this may take a few years.

Economic conditions cause some of these problems. But many people also blame women for this problem. They say that women are being too choosey about who they are going to marry. Women want to have a say in who they marry. And they are demanding better qualities in the men they agree to marry. Some people say these are new things that women are requiring.

Ghada Abdul-Aal is a medical professional. She has earned a pharmacy degree. And she is 31 years old and she is not married yet. This, she says, is a real problem. And it is a real problem many young people like her face.
"Yes, the problem starts just after we graduate college. And it goes until you are 30. And 30 is like a death sentence for single women. That is especially true in my home town because it is small and conservative. And when you are 30, it is like people mark you as a failure, or pathetic or ugly or whatever."

And she says the pressure to get married begins even when girls are very young.
"They ask young girls here when they are three or four, who would you like to marry? They plant the idea that your only purpose in life is to get married. Even after she goes to school they tell her that a girl's only future is in her husband's home. So what happens when a girl for any reason cannot get married? Should she set fire to herself?"

Abdul-Aal began her blog in 2006. She used the blog to tell about her experiences finding a husband. Often her blog is very funny. She makes fun of herself and the situations she lives through. She says this is a very popular way of dealing with problems in Egypt. But the blog also deals with the very serious subject of finding a partner to marry - a person to share your life with.

One problem Abdul-Aal wrote about was the Egyptian tradition called Gawaaz al-salonat. In this custom, a man comes to visit a woman at her home. The man, the woman, and both sets of parents meet for a short time. After this time, a woman answers if she will marry the man or not. Usually everyone wants the woman to accept the man very quickly - even if she does not necessarily like him. But Abdul-Aal thinks this is too short a time to make such a big decision.

"Sometimes, when you ask for more time, he will be angry. He will think 'Why do you need more time? Can you not see I am perfect? Can you not see I am great? What else do you need? I am God's gift to women. I am a man; I have an apartment; I have a job. How can you say no?'"

Women and men both see themselves in these experiences. In the television program I Want To Get Married, the main character is Ola. Ola is a character based on Ghada. Ola is not just looking to get married. She also wants a good husband. She wants a husband who will be a true partner and friend.

"If Ola's goal was just to get married, she would have accepted the first man to enter her life. But when she sees that he is not good, she refuses him and moves on. She is looking for someone who will help complete her life. Many women came up to me after I wrote the book. They see themselves in the main character."

The television program I Want To Get Married shows how women and men are finding their way through these new issues affecting marriage. It makes the point that women want to be involved in the marriage process. They do not just want their families to make the decision. They want to spend time with a man before they spend the rest of their lives together.
I Want To Get Married is encouraging new thinking about marriage in Egypt.

Source : http://www.Radio.English.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar